salju

Sabtu, 29 Juni 2013

TEKNIS PENGGEMUKAN SAPI

1. Jenis Sapi yang Digemukkan
Jenis sapi yang paling baik untuk digemukkan adalah jenis Limosin dan Simetal. Untuk kedua jenis sapi tersebut kenaikan berat badannya (ADG) bisa mencapai 1.5-2 kg/hari. Stelah kedua jenis sapi tersebut sapi jenis lainnya adalah SIMPO dan LIMPO yang ADG-nya mencapai 1-1.7 kg/hari.

2. Umur dan Fisiologis Sapi
Yang paling ideal untuk penggemukan adalah sapi berumur 2-2.5 tahun. Hal ini dikarenakan pada usia tersebut tulang-tulang sapi sudah terbentuk secara sempurna sehingga proses penggemukan dapat dilakukan secara efektif. Bagaimana mengetahui usia sapi? Secara fisik pedagang-pedagang di pasar biasanya dapat mengetahui darpi gigi sapi tersebut. Untuk usia 2 tahun biasanya gigi seroi sapi sudah berganti besar 2-4 buah (poel 2-4). Apabila lebih dari itu biasanya usia sapi sudah lebih dari 3 tahun.
Dalam pemilihan sapi selain usia, hal lain yang lebih penting adalah masalah fisik sapi tersebut. Fisik sapi yang baik meliputi panjang tubuhnya, tampilan depan dan belakang.

3. Jangka Waktu Penggemukan
Jangka waktu pemeliharaan ini tergantung dari tujuan peternak, apakah akan memelihara untuk jangka pendek (3-4 bulan) ataukah hanya untuk tabungan sehingga akan dipelihara untuk jangka lama (6-12 bulan). Jangka waktu pemeliharaan ini nantinya akan terkait dengan umur sapi yang dipelihara. Untuk pemeliharaan jangka pendek, sebaiknya peternak memilih jenis sapi limosin atau simetal usia 2-2.5 tahun yang mempunyai bobot antara 350-500 kg. Biasanya untuk jenis tersebut dengan pemeliharaan yang intensif mampu naik minimal 100 kg.
Apabila peternak memilih pemeliharaan jangka panjang maka sebaiknya memilih bibitan yang agak lebih muda dan bobotnya antara 250-350 kg. Hal ini semata-mata pertimbangan harga bibitan yang lebih murah.

4. Jenis Pakan yang Diberikan
Pakan merupakan komponen penting dalam proses penggemukan sapi. Di peternakan kami jenis pakan yang dipakai adalah campuran antara pakan hijauan dan konsentrat. Pakan jenis konsentrat kami berikan pagi dan sore hari masing-masing 10 kg per pemberian pakan. Untuk hijauan biasanya jenis jerami dan rumput gajah (kolonjono). Karena di tempat kami jerami mudah dan murah didapat maka untuk jerami ini kami berikan agak banyak dan bila habis langsung diisi kembali. Jerami ini sebelumnya difermentasi terlebih dahulu agar lebig bergizi untuk sapi. Sedangkan utnuk hijauan hanya kadang-kadang diberikan.

Demikian teknis penggemukan sapi berdasarkan pengalaman kami selama ini. Semoga bisa bermanfaat buat yang lain, terima kasih.

Senin, 24 Juni 2013

TATA CARA PEMERAHAN MENGGUNAKAN TANGAN


Pemerahan susu sapi menggunakan tangan (manual) bisa dilakukan dengan tiga cara, yaitu :
1. Menggunakan lima jari
Cara memerah dengan menggunakan lima jari adalah sebagai berikut :
  • pegang puting susu diantara ibu jari dan keempat jari lainnya
  • tekan secara bersamaan puting susu hingga air susu keluar
Cara ini adalah cara terbaik dibanding dua cara lainnya.
2. Kunevelens
yaitu teknik yang hanya menggunakan tiga jari, caranya adalah dengan menekuk ibu jari dengan dua jari lainnya.
Kemudian memijitnya secara bersamaan.
3. Strip Method
Cara ini hanya menggunakan dua jari, yaitu ibu jari dan jari telunjuk untuk menarik puting.
Cara ini kurang disarankan karena membuat ambing sapi menjadi basah oleh air susu yang bisa menyebabkan berkembangnya kuman pada ambing.
Metode ini juga mudah menimbulkan luka pada puting susu, sehingga menyebabkan susu yang dihasilkan tidak lagi steril.
Tata cara pemerahan lima jari
Pada pemerahan dengan lima jari, peternak/pemerah mengambil duduk di samping sapi dengan posisi yang lebih rendah.
Ekor sapi sebaiknya diikat agar ekor sapi tidak mengenai ember yang menampung susu perah untuk menjaga kebersihan susu.
Posisi ibu jari dan jari telunjuk diatur setinggi mungkin menekan rongga puting.
Pemerasan dilakukan secara bergantian antara tangan kanan dan kiri.
Pemerahan dilakukan pada susu bagian depan terlebih dahulu, baru kemudian susu bagian belakang. (nn)


Jumat, 21 Juni 2013

SIFAT &REAKSI LEMAK

Hampir semua bahan pangan mengandung lemak dan minyak, terutama bahan yang bersal dari ternak. Lemak dalam jaringan ternak terdapat pada jaringan adipose.
Lemak merupakan senyawa yang tidak larut dalam air. Lemak adalah salah satu bentuk dari lipida dalam tubuh yang berungsi sebagai sumber energi. Lemak sederhana adalah merupakan ester dari asam lemak.Hidrolisa dari suatu lemak akan di hasilkan satu molekul gliserol dan tiga molekul asam lemak. Lemak dan minyak keduanya adalah lemaak sederhana, perbedaannya terletak  pada banyak ikatan rangakap (ketidak jenuhan).
Lemak dan minyak termasuk dalam kelompok lipid, yang pada umumnya bersifat tidak larut dalam air. Untuk pngertian sehari-hari lemak merupakan bahan padat dalam suhu kamar. Lemak merupakan bahan padat pada suhu kamar , diantaranya disebabkan kandungannya yang yang tinggi akan asam lemak jenuh yang secara kimia tidak mengandung ikatan rangkap, sehingga mempunyai titik leburyang lebih tinggi. Asam lemak jenuh yang terdapat di alam adalah asam palmitat dan asam stearet.
Minyak merupakan bahan cair diantaranya disebabkan rendahnya kandungan asam lemak jenuh dan tingginya kandungan asam lemak yang tak jenuh, yang memiliki satu atau lebih ikatan rangkap diantara atom-atom karbonnya, sehingga mempunyai titik lebur yang rendah untuk menghilangkan ikatan rangkap bisa dilakukan dengan cara hidrogenasi yang dapat merubah dari bentuk cair berbentuk padat.
Pada uji sifat dan reaksi lemak dengan menggunakan akuades yang dicampur dengan minyak  ini mengalami ketetapan dalam bentuknya sesudah maupun sebelum di kocok, yakni tidak tercampur akan tetapi dalam pewarnaan mengalami perubahan menjadi putih tulang. Pada percobaan ke 2 dengan menggunakan bensin dan minyak ini mengalami ketetapan dalam bentuknya sebelum maupun sesudah di kocok, yakni tercampur menjadi sempurna akan tetapi dalam mengalami perubahan warna yang mula2 berwarna hijau muda kini menjadi keruh. Pada percobaan ke 3 dengan menggunakan  Na2CO3 yang di campur dengan minyak ini terdapat sekat pembatas antara Na2CO3 dan minyak baik sebelum maupun sesudah dikocok, dan pada minyak mengalami perubahan warna putih tulang. Sedangkan pada percobaan ke 4 dengan mengunakan eter dan minyak ini larutan menjadi tercampur sempurna baik sebelum maupun sesudah di kocok, akan tetapi pada warna mengalami perubahan yang mula-mula berwarna bening kini menjadi keruh.
Lemak dan minyak termasuk dalam kelompok lipid, yang pada umumnya bersifat tidak larut dalam air. Untuk pngertian sehari-hari lemak merupakan bahan padat dalam suhu kamar. Lemak merupakan bahan padat pada suhu kamar , diantaranya disebabkan kandungannya yang yang tinggi akan asam lemak jenuh yang secara kimia tidak mengandung ikatan rangkap, sehingga mempunyai titik lebur yang lebih tinggi. Asam lemak jenuh yang terdapat di alam adalah asam palmitat dan asam stearet.
Minyak merupakan bahan cair diantaranya disebabkan rendahnya kandungan asam lemak jenuh dan tingginya kandungan asam lemak yang tak jenuh, yang memiliki satu atau lebih ikatan rangkap diantara atom-atom karbonnya, sehingga mempunyai titik lebur yang rendah untuk menghilangkan ikatan rangkap bisa dilakukan dengan cara hidrogenasi yang dapat merubah dari bentuk cair berbentuk padat.



ENZIM DALAM PAKAN


         Konsep meningkatkan performans ternak dengan menggunakan enzim sebetulnya bukan hal yang baru, hal ini sudah dimulai sekitar tahun 1950-an.  Sebagai contoh penggunaan enzim amilase pada pakan ternak unggas yang menggunakan barley yang bertujuan meningkatkan ketersediaan pati untuk unggas, akan tetapi pendekatan tersebut kurang berhasil karena ketidaksesuaian target substrat.  Pada tahun 1970-an  dengan perkembangan teknologi mikroba yang lebih maju  telah ditemukan enzim b-glukanase  untuk pakan yang menggunakan barley, atau pentosanase untuk pakan yang menggunakan rye atau gandum (Choct, 1997).
         Keberhasilan penggunaan enzim yang diterangkan di atas dapat dikatakan sebagai generasi pertama penggunaan enzim untuk pakan ternak.  Perkembangan generasi selanjutnya sekarang ini untuk penggunaan enzim ditujukan pada beberapa sasaran.  Lyons (1997) menjelaskan beberapa sasaran yang harus dipecahkan untuk mengatasi keterbatasan penggunaan bahan makanan dengan perlakuan enzim dimasa depan.   Pertama, ditujukan untuk mengurangi biaya protein yang digunakan pada kacang kedelai.  Sasaran yang ingin dicapai yaitu penggunaan enzim a-galaktosidase, yaitu enzim yang mendegradasi oligosakarida dari kedelai dan menghasilkan sekitar 15% energi yang lebih tinggi dibanding tanpa penggunaan enzim.  Selain itu sasaran yang ingin dicapai yaitu penggunaan enzim endopeptidase yang bertujuan memperbaiki kecernaan asam amino untuk ternak unggas.  Enzim tersebut dikenal dengan istilah vegpro.   Kedua, ditujukanuntuk  memperbaiki penggunaan lemak.  Enzim lipase yang digunakan ternyata dapat meningkatkan kandungan energi metabolis dari dedak padi.  Penggunaan enzim ini dapat meningkatkan penggunaan dedak padi sampai 30%, yang dapat menurunkan biaya pakan secara keseluruhan.  Ketiga,  penggunaanpitase untuk mengurangi pencemaran posfat.  Dasar pemikiran penggunaan enzim ini adalah pada sebagian besar biji-bijian yang digunakan sebagai pakan untuk ternak mengandung posfor dalam bentuk fitat.  Ternak non ruminansia mempunyai keterbatasan untuk menghasilkan enzim fitase, dan banyak menambahkan posfor anorganik dalam pakan.  Umumnya fitat berada dalam bentuk kopleks dengan protein, pektin dan polisakarida bukan pati, sehingga untuk mengatasinya dapat digunakan multi enzim.  Salah satu produk enzim yang telah dikembangkan adalah Allzyme phytase yang ternyata dapat meningkatkan efesiensi pakan, litter yang lebih kering, dan pertumbuhan yang lebih baik.  Selain itu dengan penggunaan fitase dalam ransum dapat menurunkan penggunaan fosfor dalam ransum sampai tingkat 40% tanpa menimbulkan efek terhadap produksi dan kualitas telur yang dihasilkan ayam petelur. Keempat, Penggunaan enzim yang mampu mencerna serat dan stabil dari degradasi rumen pada ternak ruminansia.   Manfaat penggunaan enzim ini adalah dapat mempertahankan aktivitasnya karena sudah diproteksi  dan berisi multienzim untuk mencerna selulosa kompleks.
       Beberapa sasaran diatas menunjukkan bahwa penggunaan enzim sangat terkait dengan target substrat yang ada dalam bahan makanan, hal ini berkaitan dengan segi spesifitas dari kerja enzim.   Enzim akan bekerja secara efektif bila substrat yang menjadi target kerja enzim itu sesuai dengan jenis enzimnya.  Faktor lainnya yang berpengaruh terhadap keberhasilan penggunaan enzim yaitu target jenis ternak yang akan digunakan.  Sebagai contoh, saluran pencernaan unggas mempunyai keterbatasan untuk mendegradasi karbohidrat bukan pati (NSP).  Kandungan NSP yang tinggi dalam bahan makanan juga akan menurunkan kecernaan nutrien lainnya seperti protein, kalau kita memberikan bahan makanan yang mengandung NSP yang tinggi seperti bungkil kedelai atau bungkil biji bunga matahari berarti kita memerlukan teknologi baru untuk mengatasi  keterbatasannya, yaitu menggunakan enzim.  Hasil yang diharapkan dengan perlakuan enzim adalah kecernaan NSP yang meningkat dan juga meningkatnya kecernaan terhadap protein dan lemak (De Jong and Schute, 1996).
 Sasaran penting yang menunjang keberhasilan dalam pemanfaatan teknologi enzim untuk meningkatkan kualitas bahan makanan ternak dapat kita rumuskan kedalam dua hal, yaitu dari segi ternaknya dan dari  faktor anti nutrisi atau faktor pembatas yang dikandung oleh bahan makanan tersebut.  Informasi mengenai keterbatasan bahan makanan baik yang bersifat konvensional, dan terutama yang bersifat non konvensional berupa limbah pertanian dan limbah industri sangat kita perlukan untuk menunjang keberhasilan penggunaan teknologi enzim.

KUALITAS & KUANTITAS PAKAN


Kualitas dan Kuantitas Pakan
Jenis hijauan yang diberikan pada ternak didominasi oleh legum dan ramban, sedangkan jenis rumput sedikit sekali diberikan sebab ternak lebih menyukai legum dan ramban. Dengan demikian ternak tidak akan kekurangan protein karena sifat utama legum adalah dapat memperoleh sebagian besar kebutuhan Nitrogen (N) dari gas N2 yang sebagian besar terdapat di udara melalui simbiosis dengan bakteri rhizobium yang hidup pada bintil akarnya (Reksohadiprojo, 2000).
Jenis dan Komposisi Botani Hijauan Pakan
Jenis dan komposisi botani hijauan pakan dengan metode “Dry Weight Rank” di Desa Cigobang disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Jenis dan Komposisi Botani Hijauan Pakan Di Desa Cigobang
No
Nama Lokal
Nama Latin*
Jenis Hijauan
Komposisi Botani (%)
1
Alang-alang
Imperata cylindrica Div.
Rumput
0,16
2
Albasia
Albizzia falcata BACKER.
Legum
3,91
3
Gamal
Gliricidia sepium Jacq. Kunth ex Walp.
Legum
16,45
4
Angsana
Pterocarpus indicus WILLD.
Legum
8,92
5
Kacang tanah
Arachis hypogaea LINN.
Legum
0,39
6
Johar
Cassia siamea LAMK.
Legum
4,62
7
Lamtoro
Leucaena leucocephala LAMK.
Legum
21,98
8
Turi
Sesbania grandiflora L. PERS.
Legum
9,82
9
Sentro
Centrosema pubescens Benth.
Legum
1,55
10
Kaliandra
Calliandra calothyrsus Meissn.
Legum
3,94
11
Semanggi landa
Trifolium repens LINN.
Legum
0,55
12
Dadap
Erythrina lithosperma MIQ.
Legum
6,20
13
Daun orok orok jantan
Shorea pinanga Scheff.
Legum
6,98
14
Daun kecipir
Psophocarpus tetragonolobus DC.
Legum
0,80
15
Kihiang
Albizzia procera Benth.
Legum
1,90
16
Daun kedondong kecil
Spondias lutea LINN.
Ramban
0,94
17
Daun kelor
Moringa oleifera LAMK.
Ramban
1,10
18
Daun singkong
Manihot utilissima POHL.
Ramban
0,87
19
Daun jambu air
Eugenia aquena BURM.f.
Ramban
0,55
20
Daun Randu
Ceiba petandra GAERTN.
Ramban
0,96
21
Daun nangka
Artocarpus heterophyllus LAMK.
Ramban
3,49
22
Daun mangga
Mangifera indica L.
Ramban
0,55
23
Daun kembang sepatu
Hibiscus rosa-sinensis LINN.
Ramban
0,87
24
Daun kersem
Mutingia calabura L.
Ramban
0,16
25
Daun kawijaran
Lannea  grandis ENGL.
Ramban
1,58
26
Daun benalu mangga
Dendrophthoe pentandra (L.) Miq.
Ramban
0,7
Sumber: * Soerjani dkk. (1987), Heyne (1987), Quattrocchi (2006)


Rumput gajah merupakan keluarga rumput rumputan (graminae ) yang telah dikenal manfaatnya sebagai pakan ternak pemamah biak (Ruminansia) yang alamiah di Asia Tenggara. Rumput ini biasanya dipanen dengan cara membabat seluruh pohonnya lalu diberikan langsung (cut and carry) sebagai pakan hijauan untuk kerbau dan sapi, atau dapat juga dijadikan persediaan pakan melalui proses pengawetan pakan hijauan dengan cara silase dan hay. Selain itu rumput gajah juga bisa dimanfaatkan sebagai mulsa tanah yang baik.
Di Indonesia sendiri, rumput gajah merupakan tanaman hijauan utama pakan ternak. Penanaman dan introduksi nya dianjurkan oleh banyak pihak. 

KUALITAS & KUANTITAS PAKAN


Kualitas dan Kuantitas Pakan
Jenis hijauan yang diberikan pada ternak didominasi oleh legum dan ramban, sedangkan jenis rumput sedikit sekali diberikan sebab ternak lebih menyukai legum dan ramban. Dengan demikian ternak tidak akan kekurangan protein karena sifat utama legum adalah dapat memperoleh sebagian besar kebutuhan Nitrogen (N) dari gas N2 yang sebagian besar terdapat di udara melalui simbiosis dengan bakteri rhizobium yang hidup pada bintil akarnya (Reksohadiprojo, 2000).
Jenis dan Komposisi Botani Hijauan Pakan
Jenis dan komposisi botani hijauan pakan dengan metode “Dry Weight Rank” di Desa Cigobang disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Jenis dan Komposisi Botani Hijauan Pakan Di Desa Cigobang
No
Nama Lokal
Nama Latin*
Jenis Hijauan
Komposisi Botani (%)
1
Alang-alang
Imperata cylindrica Div.
Rumput
0,16
2
Albasia
Albizzia falcata BACKER.
Legum
3,91
3
Gamal
Gliricidia sepium Jacq. Kunth ex Walp.
Legum
16,45
4
Angsana
Pterocarpus indicus WILLD.
Legum
8,92
5
Kacang tanah
Arachis hypogaea LINN.
Legum
0,39
6
Johar
Cassia siamea LAMK.
Legum
4,62
7
Lamtoro
Leucaena leucocephala LAMK.
Legum
21,98
8
Turi
Sesbania grandiflora L. PERS.
Legum
9,82
9
Sentro
Centrosema pubescens Benth.
Legum
1,55
10
Kaliandra
Calliandra calothyrsus Meissn.
Legum
3,94
11
Semanggi landa
Trifolium repens LINN.
Legum
0,55
12
Dadap
Erythrina lithosperma MIQ.
Legum
6,20
13
Daun orok orok jantan
Shorea pinanga Scheff.
Legum
6,98
14
Daun kecipir
Psophocarpus tetragonolobus DC.
Legum
0,80
15
Kihiang
Albizzia procera Benth.
Legum
1,90
16
Daun kedondong kecil
Spondias lutea LINN.
Ramban
0,94
17
Daun kelor
Moringa oleifera LAMK.
Ramban
1,10
18
Daun singkong
Manihot utilissima POHL.
Ramban
0,87
19
Daun jambu air
Eugenia aquena BURM.f.
Ramban
0,55
20
Daun Randu
Ceiba petandra GAERTN.
Ramban
0,96
21
Daun nangka
Artocarpus heterophyllus LAMK.
Ramban
3,49
22
Daun mangga
Mangifera indica L.
Ramban
0,55
23
Daun kembang sepatu
Hibiscus rosa-sinensis LINN.
Ramban
0,87
24
Daun kersem
Mutingia calabura L.
Ramban
0,16
25
Daun kawijaran
Lannea  grandis ENGL.
Ramban
1,58
26
Daun benalu mangga
Dendrophthoe pentandra (L.) Miq.
Ramban
0,7
Sumber: * Soerjani dkk. (1987), Heyne (1987), Quattrocchi (2006)


Rumput gajah merupakan keluarga rumput rumputan (graminae ) yang telah dikenal manfaatnya sebagai pakan ternak pemamah biak (Ruminansia) yang alamiah di Asia Tenggara. Rumput ini biasanya dipanen dengan cara membabat seluruh pohonnya lalu diberikan langsung (cut and carry) sebagai pakan hijauan untuk kerbau dan sapi, atau dapat juga dijadikan persediaan pakan melalui proses pengawetan pakan hijauan dengan cara silase dan hay. Selain itu rumput gajah juga bisa dimanfaatkan sebagai mulsa tanah yang baik.
Di Indonesia sendiri, rumput gajah merupakan tanaman hijauan utama pakan ternak. Penanaman dan introduksi nya dianjurkan oleh banyak pihak.