salju

Jumat, 21 Juni 2013

ENZIM DALAM PAKAN


         Konsep meningkatkan performans ternak dengan menggunakan enzim sebetulnya bukan hal yang baru, hal ini sudah dimulai sekitar tahun 1950-an.  Sebagai contoh penggunaan enzim amilase pada pakan ternak unggas yang menggunakan barley yang bertujuan meningkatkan ketersediaan pati untuk unggas, akan tetapi pendekatan tersebut kurang berhasil karena ketidaksesuaian target substrat.  Pada tahun 1970-an  dengan perkembangan teknologi mikroba yang lebih maju  telah ditemukan enzim b-glukanase  untuk pakan yang menggunakan barley, atau pentosanase untuk pakan yang menggunakan rye atau gandum (Choct, 1997).
         Keberhasilan penggunaan enzim yang diterangkan di atas dapat dikatakan sebagai generasi pertama penggunaan enzim untuk pakan ternak.  Perkembangan generasi selanjutnya sekarang ini untuk penggunaan enzim ditujukan pada beberapa sasaran.  Lyons (1997) menjelaskan beberapa sasaran yang harus dipecahkan untuk mengatasi keterbatasan penggunaan bahan makanan dengan perlakuan enzim dimasa depan.   Pertama, ditujukan untuk mengurangi biaya protein yang digunakan pada kacang kedelai.  Sasaran yang ingin dicapai yaitu penggunaan enzim a-galaktosidase, yaitu enzim yang mendegradasi oligosakarida dari kedelai dan menghasilkan sekitar 15% energi yang lebih tinggi dibanding tanpa penggunaan enzim.  Selain itu sasaran yang ingin dicapai yaitu penggunaan enzim endopeptidase yang bertujuan memperbaiki kecernaan asam amino untuk ternak unggas.  Enzim tersebut dikenal dengan istilah vegpro.   Kedua, ditujukanuntuk  memperbaiki penggunaan lemak.  Enzim lipase yang digunakan ternyata dapat meningkatkan kandungan energi metabolis dari dedak padi.  Penggunaan enzim ini dapat meningkatkan penggunaan dedak padi sampai 30%, yang dapat menurunkan biaya pakan secara keseluruhan.  Ketiga,  penggunaanpitase untuk mengurangi pencemaran posfat.  Dasar pemikiran penggunaan enzim ini adalah pada sebagian besar biji-bijian yang digunakan sebagai pakan untuk ternak mengandung posfor dalam bentuk fitat.  Ternak non ruminansia mempunyai keterbatasan untuk menghasilkan enzim fitase, dan banyak menambahkan posfor anorganik dalam pakan.  Umumnya fitat berada dalam bentuk kopleks dengan protein, pektin dan polisakarida bukan pati, sehingga untuk mengatasinya dapat digunakan multi enzim.  Salah satu produk enzim yang telah dikembangkan adalah Allzyme phytase yang ternyata dapat meningkatkan efesiensi pakan, litter yang lebih kering, dan pertumbuhan yang lebih baik.  Selain itu dengan penggunaan fitase dalam ransum dapat menurunkan penggunaan fosfor dalam ransum sampai tingkat 40% tanpa menimbulkan efek terhadap produksi dan kualitas telur yang dihasilkan ayam petelur. Keempat, Penggunaan enzim yang mampu mencerna serat dan stabil dari degradasi rumen pada ternak ruminansia.   Manfaat penggunaan enzim ini adalah dapat mempertahankan aktivitasnya karena sudah diproteksi  dan berisi multienzim untuk mencerna selulosa kompleks.
       Beberapa sasaran diatas menunjukkan bahwa penggunaan enzim sangat terkait dengan target substrat yang ada dalam bahan makanan, hal ini berkaitan dengan segi spesifitas dari kerja enzim.   Enzim akan bekerja secara efektif bila substrat yang menjadi target kerja enzim itu sesuai dengan jenis enzimnya.  Faktor lainnya yang berpengaruh terhadap keberhasilan penggunaan enzim yaitu target jenis ternak yang akan digunakan.  Sebagai contoh, saluran pencernaan unggas mempunyai keterbatasan untuk mendegradasi karbohidrat bukan pati (NSP).  Kandungan NSP yang tinggi dalam bahan makanan juga akan menurunkan kecernaan nutrien lainnya seperti protein, kalau kita memberikan bahan makanan yang mengandung NSP yang tinggi seperti bungkil kedelai atau bungkil biji bunga matahari berarti kita memerlukan teknologi baru untuk mengatasi  keterbatasannya, yaitu menggunakan enzim.  Hasil yang diharapkan dengan perlakuan enzim adalah kecernaan NSP yang meningkat dan juga meningkatnya kecernaan terhadap protein dan lemak (De Jong and Schute, 1996).
 Sasaran penting yang menunjang keberhasilan dalam pemanfaatan teknologi enzim untuk meningkatkan kualitas bahan makanan ternak dapat kita rumuskan kedalam dua hal, yaitu dari segi ternaknya dan dari  faktor anti nutrisi atau faktor pembatas yang dikandung oleh bahan makanan tersebut.  Informasi mengenai keterbatasan bahan makanan baik yang bersifat konvensional, dan terutama yang bersifat non konvensional berupa limbah pertanian dan limbah industri sangat kita perlukan untuk menunjang keberhasilan penggunaan teknologi enzim.

3 komentar :

  1. ohh..ternyata penggunaan enzim dalam pakan itu berkaitan dengan daya cerna ya??

    BalasHapus
  2. blog bagus kira2 kalau beli multi enzim kira harga berapa pakdan nomer hp yang bisa dihubungi

    BalasHapus